Senin, 22 Agustus 2011

Apakah Misa yang dipersembahkan seorang imam yang berdosa tetap sah?


Pertanyaan:

Yth. Sdr. Ingrid Listiati.
Ada seorang imam beberapa bulan tidak kelihatan dan kabar terakhir imam tersebut melepaskan jubahnya/keluar dan menikah. Sebelum menikah imam tersebut memberikan sakramen-2. Pertanyaan saya :
Jika seorang imam berada dalam keadaan dosa berat, dapatkah ia tetap mempersembahkan Misa dan memberikan pelayanan sa...kramen-sakramen? Apakah sakramen-sakramen yang ia rayakan tetap mendatangkan rahmat ?
Terima kasih atas pencerahannya. – Julius
Jawaban:

Shalom Julius,
Di dalam sakramen, kita percaya yang bertindak adalah Kristus, melalui imam, maka, nilai sakramen tidak berubah walaupun dipersembahkan oleh imam yang berdosa. Berikut ini saya sertakan kutipan dari St. Thomas Aquinas dalam Summa Theologica III, q.82, a.5 & a.6, mengenai efek sakramen Ekaristi yang dipersembahkan oleh imam yang jahat/ berdosa (Ajaran ini dapat diterapkan juga untuk melihat efek sakramen yang lain).
  • St. Thomas yang mengutip St. Agustinus, mengatakan, bahwa: “Di dalam Gereja Katolik, dalam misteri Tubuh dan Darah Tuhan Yesus, tidak ada yang lebih yang dilakukan oleh imam yang baik (kudus), tidak ada yang kurang jika dilakukan oleh imam yang jahat (tidak kudus), sebab bukan karena jasa imam maka rahmat sakramen itu diperoleh, tetapi karena kuasa perkataan Yesus sendiri (yang diucapkan oleh imam tersebut), dan karena kuasa Roh Kudus”.
  • St. Thomas mengingatkan bahwa memang Kristus memiliki pelayan yang baik dan yang jahat (lih. Mat 24:45). Namun demikian, tidak berarti bahwa imam tidak perlu bertobat; malah sebaliknya, sebab seperti kata Paus Gelasius, …tidak seorangpun boleh menghampiri sakramen tersebut kecuali dengan hati nurani yang bersih.
  • Selanjutnya, St. Thomas mengatakan bahwa di dalam Misa terdapat dua hal, pertama hal sakramen dan hal doa. Dalam hal efek sakramen, tidak ada bedanya antara apakah dipersembahkan oleh pastor yang baik atau yang jahat/ berdosa. Namun dalam hal doa akan membawa efek yang berbeda. Sebab di dalam doa, imam itu menjalankan dua fungsi, pertama sebagai perantara yang mendoakan umat, dan sebagai wakil umat (Gereja). Nah dalam peran yang pertama sebagai perantara ini, maka imam yang baik (kudus) akan mendatangkan buah yang lebih limpah daripada imam yang berdosa, namun dari peran kedua, doa dari imam yang berdosapun tetap dapat berbuah, karena ia mewakili umat yang berdosa. Namun demikian, doa pribadi imam yang berdosa (tidak kudus) tersebut tidak menghasilkan buah, karena menurut Ams 28:9: “Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.”
Selanjutnya, Kitab Hukum Kanonik Gereja can.916, menyatakan bahwa sebenarnya, imam yang berdosa berat dilarang mempersembahkan misa tanpa mengaku dosa sebelumnya, kecuali jika ada alasan yang sungguh dapat dipertanggungjawabkan, dan jika tidak ada kesempatan untuk mengaku dosa; dalam hal ini imam itu harus mengingat bahwa ia harus melakukan tindakan pertobatan, termasuk di dalamnya ketetapan hati untuk mengaku dosa secepat mungkin.
Jadi, imampun harus mengaku dosa.
Dalam kasus di atas, maka sakramen-sakramen yang dirayakan imam tersebut sebelum ia meninggalkan statusnya sebagai imam, tetap berlaku dan mendatangkan rahmat, sebab, sekali lagi, rahmat Kristus tersebut diberikan bukan atas jasa imam tersebut, tetapi atas kuasa Kristus sendiri dan kuasa Roh Kudus. Hal ini akan semakin membuat kita tunduk dan bersyukur, bahwa Tuhan selalu menepati janji-Nya, dan kuasa-Nya melebihi hambatan dari manusia (dalam hal ini imamNya).
Namun, setelah imam tersebut melepaskan status imamnya karena menikah, ia tidak dapat lagi menjalankan tugasnya sebagai imam dan menerimakan sakramen-sakramen. Hal ini dituliskan di dalam Kitab Hukum Kanonik cann. 194, 292. Namun perlu juga diketahui, bahwa sekali diberikan, Sakramen Tahbisan Suci tidak pernah dapat dikatakan ‘invalid’/ tidak sah(can 290), sebab Tahbisan suci memberikan materai pada jiwa imam itu (seperti halnya Permandian dan Penguatan), maka sering kita mendengar istilah sekali imam tetap imam di mata Tuhan. Jika imam itu menikah, maka yang ditinggalkan adalah status-nya sebagai imam, namun meterai dalam jiwa imam tersebut tetap ada. Maka tak mengherankan, jika para imam yang meninggalkan status imam mereka, dapat merasakan kehilangan yang sulit untuk dilukiskan.
Mari kita melihat kepada kasus di atas secara lebih rinci. Jika imam tersebut menikah diam-diam, sehingga tidak ada seorangpun yang tahu, dan tidak dapat tahu, maka jika antara waktu itu sampai surat resmi pencabutan ‘faculty’ imam tersebut oleh uskup setempat dikeluarkan, maka jika imam itu memberikan sakramen, misalnya pernikahan, dan pengakuan dosa, maka sakramen tersebut masih dapat dianggap sah. Hal ini disebutkan sebagai “Ecclesia supplet” dalam can. 144; yaitu Gereja memberikan kuasa eksekutif pada seseorang imam yang sesungguhnya telah kehilangan/ tidak memiliki kuasa tersebut pada keadaan yang terbatas. Namun perlu diingat bahwa kejadian ini sangatlah langka, (dan canon ini ada sesungguhnya untuk melindungi kepentingan umat) dan hanya berlaku jika tidak ada orang yang tahu dan tidak ada orang yang dapat tahu bahwa imam itu telah menikah. Jika ada satu orang saja yang tahu dari paroki/ komunitas, maka Ecclesia supplet tidak berlaku. Dengan demikian, umat yang menerima sakramen pernikahan itu misalnya, dapat meminta konfirmasi kepada pihak keuskupan untuk mengesahkan perkawinan tersebut, demikian pula yang mengaku dosa, dapat mengaku dosa kembali kepada imam yang lain, karena sakramen yang ia terima dari imam yang keluar tersebut tidak sah.
Mari kita mendoakan para imam dalam doa pribadi kita setiap hari, agar Tuhan menjaga dan melindungi mereka, dan agar mereka dapat melaksanakan tugas panggilan hidup mereka dengan setia dan dengan suka cita; serta dapat menjadi teladan kekudusan buat kita semua.

Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati

Artikel di atas saya postingkan bagi sahabat2 PerKat yang sempat tidak mau hadir merayakan Ekaristi Kudus, dg membaca artikel ini semoga menjadi mau kembali utk merayakan Ekaristi Kudus.

Kembali Kepada Komitmen Perkawinan Kita


Efesus 5 : 22–33

Sahabatku yang namanya pengalaman hidup berumah tangga tentunya beraneka ragam kejadiannya, ada yang mengalami kebahagiaan karena saling mengasihi pasangannya, ada yang sering memaki istrinya karena cemburu padahal suaminya yang selingkuh, ada yang sampai dipukuli oleh suaminya, atau mungkin kebalikannya si istri yang tidak baik ...terhadap suaminya. Sahabatku baik yang sebagai suami atau sebagai istri, yuk kita sudahi penyiksaan terhadap para istri, kita sudahi memaki istri, kita sudahi untuk tidak melakukan perselingkuhan kepada pasangan kita. Kita ini hidup cuma mampir, sangat sebentar. Bagi Tuhan usia 40, 50, 70 tahun itu singkat...sehinga untuk apa kita mengisi kehidupan pernikahan kita dengan sesuatu yang tidak takut kepada Tuhan, bagaimana jika kita dipanggil Tuhan nantinya, apa yang harus menjadi pertanggungjawaban hidup kita kelak. Jadikanlah kita manusia yang takut kepada Tuhan.
Di bawah ini suatu cerita yang mudah-mudahan bisa menginspirasi perkawinan Sahabat-sahabatku semua.
Sudah 25 tahun ini Prayogo mengisi hari-harinya dengan merawat istrinya yang lumpuh dan hampir tak bisa apa-apa lagi. Ia sangat mengasihi istrinya sehingga ingin merawatnya sendiri. Melihat kondisi ini, keempat anaknya ingin menolong, bahkan mengizinkan bapaknya menikah lagi supaya dapat hidup bahagia. Jikalau pernikahan hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi. Namun, dengan adanya ibu kalian di sampingku sudah lebih dari cukup. Kalian ingin bapak bahagia, tetapi apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaannya sekarang ? Kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain ? Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit ?”  demikian jawaban yang mereka peroleh.
Kesetiaan menjadi sesuatu yang langka dewasa ini. Kita lebih banyak disuguhi ketidaksetiaan melalui media massa atau melihat kenyataan sehari-hari di sekitar kita. Manusia menjadi semakin egois, memikirkan kebahagiaan diri sendiri, dan makin tidak peduli dengan sesamanya. Bahkan dengan pasangannya yang kepadanya ia pernah berjanji untuk setia dalam segala keadaan. Apa yang ditunjukkan oleh Prayogo kepada istrinya sangatlah luar biasa dan dapat dijadikan bahan refleksi bagi para suami dan anak muda di zaman sekarang. Kesiapan untuk menghabiskan waktu dengan pasangan kita akan lebih besar ketika pasangan kita dalam kondisi baik. Namun bagaimana bila kita “mendapat undian” untuk menggantikan posisi layaknya Prayogo yang harus merawat pasangannya selama puluhan tahun ?
Hari ini, Allah ingin kita mengasihi pasangan kita seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya. Hal yang sama Allah inginkan bagi para istri agar mengasihi suaminya. Hampirilah pasangan kita malam ini, katakan dengan segenap hati bahwa diri Sahabat sangat berarti bagi pasangan Sahabatku. Mintalah Tuhan mengobarkan kembali kasih pasangan kita masing-masing seperti dahulu ketika awal pernikahan. Kasihilah pasangan Sahabat seperti Kristus mengasihi kita dan biarlah anak-anak kita mendapatkan teladan melalui apa yang kita lakukan terhadap pasangan kita.

Kristus Bersama Dalam Doaku


saat hari minggu kubersandar dikursi Gereja di pagi hari...
berdesir angin seolah berbisik ditelingaku...
mungkin dengung suaraku tiada Kau kenali lagi...
namun dalam rintihan kudus doaku, namaMu selalu lekat menghiasi relung hatiku…
pada setiap tetes darahMu yang bercampur di dalam darahku...
... menambah gelora kerinduanku kepadaMu...

mungkin semburat bayanganku tak Kau hiraukan lagi...
namun namaMu senantiasa ada dalam alunan doa-doa yang kupanjatkan...
namaMu terus tertatah ditiap lengkung rusukku…
pada tarikan dan hembusan nafasMu untuk detak dijantungku...

mungkin paras wajahku tak kau kenang lagi...
namun namaMu selalu tersenandung dalam lantunan doa-doa dikalbu hatiku...
namaMu tak henti dan tak pernah jemu kupanjatkan diantara hidupku…
“hening separuh malam…kembali kusimpuhkan tubuhku dialtar kuasa Illahi…
sembari menyusuri benak, tersirat rupa dambaan hati hingga fajar menyingsing, meredupkan luka dari cinta tak tersampai…
“jika suatu hari nanti, setelah aku lelah mengelilingi cakrawala hati, atau aku terluka oleh racun kehidupan yang aku temui…
kembalilah dan datanglah padaku…merpati damai cintaMu akan menjemputku karena sesungguhnya cinta terindah dan setiaMu selalu dan selalu menantiku….

IKUT YESUS SAMPAI MATI


Suatu ketika saya didatangi oleh seorang ibu yang mengeluh bahwa semenjak dirinya lebih dekat dengan Tuhan, meskipun hati dan pikirannya terasa jauh lebih tenang dan hidupnya menjadi lebih damai, tetapi tetap saja ada begitu banyak tantangan dan kesulitan yang dia hadapi. Orang-orang di sekitarnya tetap mencemoohkan dia dan mereka selalu memperhati...kan dengan penuh selidik dan curiga, apa yang dia katakan dan kerjakan dalam hidupnya. Dia merasa, seolah-oleh mereka tidak sudi melihat hidupnya bahagia.
Beberapa tahun sebelumnya, dia jatuh ke dalam “perbuatan dosa” yang bukan saja menghancurkan hidupnya, tetapi juga merusakkan masa depan anak-anak dan keluarganya. Hidupnya yang sebelumnya indah menjadi hancur berantakan, keluarganya yang selalu hidup rukun dan damai menjadi tercerai berai karena egoisme dan kenikmatan sesaat. Semua itu berlangsung beberapa saat lamanya sampai dia bertemu dengan seorang temannya yang mengingatkan dia akan kesalahan dan dosa yang dibuatnya dan mengajaknya untuk kembali hidup di jalan yang benar. Tidak mudah bagi dia untuk meninggalkan kehidupannya yang lama, yang menawarkan berbagai impian yang indah. Namun karena tekadnya yang kuat dan dengan bantuan temannya tersebut, akhirnya dia berhasil keluar dari “hidup lamanya” untuk memulai sesuatu yang baru.
Dia merasa begitu bahagia. Tetapi dengan itu persoalannya tidak lantas selesai dengan sendirinya. Malah muncul problem baru. Anak-anak dan keluarganya belum bersedia menerima dia kembali. Teman-teman yang telah menjerumuskan dia ke dalam dosa tidak sudi melihatnya berubah. Dengan berbagai cara mereka meneror dan menyebarkan berita yang menyudutkan dia. Orang-orang di sekitarnya yang dia harapkan dapat membantu dan mendukungnya malah curiga dengan perubahan yang dia alami. Semuanya ini membuat dia putus asa dan kehilangan harapan. Pada saat-saat seperti ini cuma satu yang menguatkan dia, yaitu dukungan luar biasa dari temannya yang telah mengingatkan dan mengajak dia untuk meninggalkan masa lalunya dan terutama sabda Tuhan yang selalu dia baca dalam hidupnya sehari-hari dan dia dengar dalam setiap perayaan ekaristi. Inilah yang meyakinkan dia, bahwa dia tidak salah pilih.
Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, siapakah Dia, menurut pendapat banyak orang. Karena perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan-Nya, apa yang telah dilakukan-Nya kepada orang banyak, ada yang menyebut Dia sebagai Elia, ada yang mengira-Nya Yeremia atau salah seorang Nabi dari jaman dahulu, bahkan ada yang menganggap-Nya sebagai Yohanes Pembaptis yang telah bangkit kembali.
Namun bagi para ‘musuh’ Yesus, bagi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, Dia adalah seorang pengacau dan penghasut. Dia adalah modernist berbahaya dan pengkotbah yang harus dijauhkan dari masyarakat. Pengaruh-Nya di tengah orang-orang Yahudi sungguh mengkuatirkan dan sepak terjang-Nya membahayakan keselamatan bangsa dan agama Yahudi. Itulah Yesus bagi mereka.
Terlepas dari semua pendapat di atas, baik yang memihak maupun yang menolak, bagi Petrus, Yesus adalah Mesias, Dia adalah Kristus, Putera Allah yang hidup. Dia adalah Yang dinanti-nantikan kedatangannya oleh seluruh bangsa Israel. Dia adalah Penyelamat dan Orang yang diharapkan dapat membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi.
Menerima Yesus dalan hidup dan mengakui-Nya sebagai juru selamat, apalagi menjalankan segala perintah-Nya akan mendatangkan keselamatan bagi kita. Akan tetapi dengan menerima, mengakui dan percaya kepada Dia bukan berarti bahwa segalanya akan otomatis menjadi indah. Malah sebaliknya, akan ada begitu banyak orang yang membenci dan menghujat kita, seperti yang dialami oleh si ibu dalam kisah diatas. Karena nama Yesus, kita akan dihina dan diperlakukan dengan tidak adil. Semuanya itu harus kita alami, karena Yesuspun telah sebelumnya diperlakukan seperti itu. Namun kita tidak perlu kuatir. Barangsiapa kuat dan tahan uji serta setia dalam penderitaan tersebut, akan dimuliakan bersama-sama dengan Yesus yang juga telah berhasil mengalahkan semuanya itu dengan kesetiaan-Nya yang luar biasa. „Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barang siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.“

PENGETAHUAN IMAN : HARI RAYA KRISTUS RAJA


Hari Raya Kristus Raja ditetapkan pertama kali oleh Paus Pius XI pada tahun 1925 dalam ensiklik Quas Primas(Ensiklik adalah surat pastoral penting berbentuk surat edaran yang dikeluarkan oleh Paus kepada semua Uskup. Ensiklik biasanya berisikan ajaran-ajaran Paus mengenai iman, moral dan tata tertib gerejani lainnya).
Pada waktu itu Paus melihat ...begitu banyak orang Kristen mulai meragukan otoritas Kristus dan Gereja, bahkan tidak sedikit yang mempertanyakan keberadaan Kristus. Mereka hanya mengandalkan kekuatannya sendiri dan mengabaikan keberadaan Kristus. Harta, kekayaan dan kekuasaan adalah yang paling penting dalam hidup orang-orang Kristen dan bukannya Kristus.
Dalam sejarah umat manusia, mungkin Kristus adalah satu-satunya ‚Raja‘ yang tidak biasa. Tidak seperti kebanyakan raja yang dilahirkan di rumah sakit mewah dengan ditemani oleh para dokter, Yesus terpaksa dilahirkan di kandang hina dengan hanya dijagai oleh para gembala dan hewan-hewan peliharaan mereka, karena tidak ada tempat bagi-Nya di rumah-rumah penginapan. Bukannya disambut secara meriah dengan pesta dan kembang api lazimnya penyambutan terhadap seorang raja yang baru dilahirkan, Yesus dan Maria, ibu-Nya malah harus diungsikan dari satu tempat ke tempat yang lain, karena Dia dicari-cari dan ingin dibunuh oleh Herodes. Masa kecil Yesus dilalui-Nya bukan di istana yang megah melainkan di rumah-Nya yang sangat sederhana, di kampung kecil Nazareth. 
Ketika tiba waktu bagi-Nya untuk mulai berkarya, tidak ada perayaan yang besar untuk itu, selain upacara pembaptisan sederhana yang dipimpin oleh Yohanes dengan disaksikan oleh para pendosa yang pingin diselamatkan. Berbeda dengan kebanyakan raja pada jamannya yang harus dilayani oleh rakyat dan pembantu-pembantunya, Yesus sebaliknya, hidup-Nya seluruhnya, diabdikan untuk melayani mereka yang datang kepada-Nya. Selama tiga tahun pelayanan-Nya di dunia ini, dalam perjalanan-Nya dari satu desa ke desa yang lain dan dari satu kota ke kota berikutnya, Yesus tidak pernah sekalipun dikawal layaknya seorang raja, Dia malah hanya didampingi oleh 12 orang sahabat-Nya yang setia dan beberapa wanita berdosa yang telah Dia selamatkan. Kedatangan-Nya ke berbagai tempat tidak pernah dielu-elukan oleh para bangsawan dan mereka yang mempunyai kedudukan tinggi dalam pemerintahan dan masyarakat, sebaliknya, kemanapun Dia datang, Dia selalu disambut oleh begitu banyak orang yang miskin, yang sakit, yang lumpuh, yang tuli, yang buta dan sebagainya.
Tidak seperti para raja lainnya yang menghabiskan hari-hari hidup mereka dengan bersenang-senang di istana kerajaan, Yesus semasa hidup-Nya berkunjung kemana-mana bukan saja untuk mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah tetapi juga untuk menyembuhkan dan menolong begitu banyak orang yang Dia jumpai dalam perjalanan-Nya. Bukan seperti kebanyakan raja yang mengorbankan hidup rakyatnya untuk menyelamatkan diri mereka, Yesus sebaliknya, menyerahkan nyawa-Nya demi keselamatan orang-orang yang Dia kasihi. Bahkan lebih dari itu. Untuk menyelamatkan mereka, Dia bahkan rela mati di kayu salib. Yesus adalah raja yang mau mengorbankan hidup-Nya bagi orang-orang yang dipercayakan kepada-Nya. Karena kesederhanaan dan kerendahan hati-Nya yang luar biasa inilah, maka Dia diangkat oleh Bapa-Nya untuk menjadi Raja atas segala Raja.  
Yesus adalah Raja Agung yang telah menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan kita. Pertanyaannya: apa yang mesti kita buat sebagai bentuk penghormatan kepada-Nya dan tanda bahwa kita sungguh-sungguh menghargai apa yang telah dilakukan-Nya? Jawabannya bisa kita temukan dalam bacaan injil hari ini. „… Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku“ (Yoh 18,37).
Bila kita ingin menghormati Yesus sebagai Raja segala Raja dan menghargai apa yang telah diperbuat-Nya semasa hidup-Nya, belajarlah dari Dia yang berani membawa dan membela kebenaran yang dari Allah dalam hidup sehari-hari. Yang mesti kita buat adalah menjauhkan diri dari segala kepentingan kerajaan dunia dan kesenangan sendiri dan mendekatkan diri pada kehendak Tuhan. Bila kita lakukan itu semua, kita telah sungguh-sungguh hidup benar dihadapan Tuhan, Raja kita.

Tuhan Selalu Berada Di dekat Kita


Perhatikanlah bunga bakungyang tidak memintal dan tidak menenun,namun Aku berkata kepadamu : “ Salomo dalamkemegahannya pun tidak berpakaian seindah bunga itu.”Jadi, jika rumput di ladang yang hari ini ada, dan besokdibuang ke dalam api demikian didandani Allah,terlebih kamu, hai orang yang kurang percaya !(Lukas 12:27-28)

Seorang teman yang seda...ng bertugas ke luar kota baru menyadari dia lupa membawa alat bercukurnya, ketika sedang membenahi kopernya sesaat setelah check-in di hotel. Kebetulan, pihak hotel juga sedang kehabisan stok pisau cukur, karena itu benda tersebut tidak tersedia di kamar mandi hotel pada hari itu. “Ah, sehari tidak bercukur masih OK kok penampilanku “ demikian pikir teman saya. Didalam hati, dia merencanakan untuk membeli pisau cukur dari drug-store ketika rehat makan siang nanti. Tetapi kegiatan hari itu ternyata amat padat, teman saya kembali ke hotel cukup larut malam dan drug-store sudah tutup.“ Tidak apalah, besok ketika rehat kopi aku menyelinap sebentar ke dept. store di seberang jalan, di sana aku akan membeli pisau cukur.”Sayangnya, aktifitas keesokan harinya jauh lebih padat daripada hari sebelumnya, dan teman saya kembali tidak memiliki waktu untuk ke dept. store seberang. 

“ Mudah-mudahan besok aku benar-benar sempat, atau mungkin malam ini sudah ada pisau cukur di kamar hotelku.”  Teman saya berharap didalam hatinya bahwa akan ada satu pisau cukur untuknya hari itu, karena wajahnya sudah mulai terlihat tidak “bersih”. Tetapi malam itu dia masih belum menemukan pisau cukur di kamar mandi hotelnya. Keesokan harinya dia juga kembali menghadapi setumpuk kesibukan dan sampai malam dia tidak bisa menyelinap keluar untuk beli pisau cukur. Meskipun demikian, usai bertugas malam itu, dia tetap menyempatkan diri mampir ke dept. store. Tetapi dia harus kecewa, sebab counter yang menjual peralatan bercukur sudah tutup. Dia lalu memutuskan untuk kembali saja ke hotel dengan berjalan kaki.  Sambil menyeberangi pelataran parkir, dia berkata di dalam hatinya : “ Ya Tuhan, berikanlah aku kesempatan untuk mendapatkan pisau cukur.” Tepat setelah dia selesai membatin didalam hati, dia merasakan kaki kanannya menginjak sesuatu. Dibawah keremangan lampu jalan, dia melihat sebuah benda di atas aspal tepat dibawah kakinya. Teman saya membungkuk dan memungut benda itu. Ternyata sebuah pisau cukur disposable yang masih rapih terbungkus plastik, nampaknya masih baru ! Sebuah kebetulan, atau hadiah dari Tuhan ? Seberapa sering kita menghadapi hal-hal yang sepintas sangat kebetulan tetapi amat berarti buat kita di saat itu ? Sahabatku tentu pernah mengalami kehabisan uang, dan tiba-tiba merasa begitu gembira menemukan selembar lima puluh ribuan sisa membeli buku minggu lalu masih tertinggal di saku celana. Memikirkan seorang teman yang sudah lama tidak bertemu, lalu tiba-tiba ponsel kita berdering dan teman tersebut menelephone. Sahabatku dalam kepanikan karena belum menyelesaikan pekerjaan yang penting, sementara 1 jam lagi Sahabatku masih harus pergi untuk menemui klien yang juga penting. Tetapi tiba-tiba klien tersebut menelephone dan membatalkan janji bertemu pada hari itu.  Apa yang Sahabatku rasakan ?  lega sekali bukan ? karena itu berarti sekarang Sahabatku punya waktu banyak untuk menyelesaikan pekerjaan Sahabatku. Suatu kebetulankah semua itu ? Tidak. Ketahuilah, ketika kita berbicara di dalam hati kita tentang segala kekawatiran, kebutuhan dan keinginan kita dengan mengikut sertakan Tuhan, kita sedang berbicara kepada Tuhan. Teman saya tadi sudah membuktikannya, dia memulai kata-katanya dengan : “ Ya Tuhan ….. “   itu sama dengan kita berdoa didalam hati meminta Tuhan menolong kita. Tuhan pasti akan menjawab doa kita – Dia pasti akan memberikan pertolongan. Karena itu, berdoalah senantiasa, agar kita lebih dekat lagi kepada-Nya.

PENGETAHUAN IMAN : HARI RAYA KRISTUS RAJA

  • Hari Raya Kristus Raja ditetapkan pertama kali oleh Paus Pius XI pada tahun 1925 dalam ensiklik Quas Primas(Ensiklik adalah surat pastoral penting berbentuk surat edaran yang dikeluarkan oleh Paus kepada semua Uskup. Ensiklik biasanya berisikan ajaran-ajaran Paus mengenai iman, moral dan tata tertib gerejani lainnya).

    Pada waktu itu Paus melihat ...begitu banyak orang Kristen mulai meragukan otoritas Kristus dan Gereja, bahkan tidak sedikit yang mempertanyakan keberadaan Kristus. Mereka hanya mengandalkan kekuatannya sendiri dan mengabaikan keberadaan Kristus. Harta, kekayaan dan kekuasaan adalah yang paling penting dalam hidup orang-orang Kristen dan bukannya Kristus.
    Dalam sejarah umat manusia, mungkin Kristus adalah satu-satunya ‚Raja‘ yang tidak biasa. Tidak seperti kebanyakan raja yang dilahirkan di rumah sakit mewah dengan ditemani oleh para dokter, Yesus terpaksa dilahirkan di kandang hina dengan hanya dijagai oleh para gembala dan hewan-hewan peliharaan mereka, karena tidak ada tempat bagi-Nya di rumah-rumah penginapan. Bukannya disambut secara meriah dengan pesta dan kembang api lazimnya penyambutan terhadap seorang raja yang baru dilahirkan, Yesus dan Maria, ibu-Nya malah harus diungsikan dari satu tempat ke tempat yang lain, karena Dia dicari-cari dan ingin dibunuh oleh Herodes. Masa kecil Yesus dilalui-Nya bukan di istana yang megah melainkan di rumah-Nya yang sangat sederhana, di kampung kecil Nazareth. 
    Ketika tiba waktu bagi-Nya untuk mulai berkarya, tidak ada perayaan yang besar untuk itu, selain upacara pembaptisan sederhana yang dipimpin oleh Yohanes dengan disaksikan oleh para pendosa yang pingin diselamatkan. Berbeda dengan kebanyakan raja pada jamannya yang harus dilayani oleh rakyat dan pembantu-pembantunya, Yesus sebaliknya, hidup-Nya seluruhnya, diabdikan untuk melayani mereka yang datang kepada-Nya. Selama tiga tahun pelayanan-Nya di dunia ini, dalam perjalanan-Nya dari satu desa ke desa yang lain dan dari satu kota ke kota berikutnya, Yesus tidak pernah sekalipun dikawal layaknya seorang raja, Dia malah hanya didampingi oleh 12 orang sahabat-Nya yang setia dan beberapa wanita berdosa yang telah Dia selamatkan. Kedatangan-Nya ke berbagai tempat tidak pernah dielu-elukan oleh para bangsawan dan mereka yang mempunyai kedudukan tinggi dalam pemerintahan dan masyarakat, sebaliknya, kemanapun Dia datang, Dia selalu disambut oleh begitu banyak orang yang miskin, yang sakit, yang lumpuh, yang tuli, yang buta dan sebagainya.
    Tidak seperti para raja lainnya yang menghabiskan hari-hari hidup mereka dengan bersenang-senang di istana kerajaan, Yesus semasa hidup-Nya berkunjung kemana-mana bukan saja untuk mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah tetapi juga untuk menyembuhkan dan menolong begitu banyak orang yang Dia jumpai dalam perjalanan-Nya. Bukan seperti kebanyakan raja yang mengorbankan hidup rakyatnya untuk menyelamatkan diri mereka, Yesus sebaliknya, menyerahkan nyawa-Nya demi keselamatan orang-orang yang Dia kasihi. Bahkan lebih dari itu. Untuk menyelamatkan mereka, Dia bahkan rela mati di kayu salib. Yesus adalah raja yang mau mengorbankan hidup-Nya bagi orang-orang yang dipercayakan kepada-Nya. Karena kesederhanaan dan kerendahan hati-Nya yang luar biasa inilah, maka Dia diangkat oleh Bapa-Nya untuk menjadi Raja atas segala Raja.  
    Yesus adalah Raja Agung yang telah menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan kita. Pertanyaannya: apa yang mesti kita buat sebagai bentuk penghormatan kepada-Nya dan tanda bahwa kita sungguh-sungguh menghargai apa yang telah dilakukan-Nya? Jawabannya bisa kita temukan dalam bacaan injil hari ini. „… Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku“ (Yoh 18,37).
    Bila kita ingin menghormati Yesus sebagai Raja segala Raja dan menghargai apa yang telah diperbuat-Nya semasa hidup-Nya, belajarlah dari Dia yang berani membawa dan membela kebenaran yang dari Allah dalam hidup sehari-hari. Yang mesti kita buat adalah menjauhkan diri dari segala kepentingan kerajaan dunia dan kesenangan sendiri dan mendekatkan diri pada kehendak Tuhan. Bila kita lakukan itu semua, kita telah sungguh-sungguh hidup benar dihadapan Tuhan, Raja kita.
    Lihat Selengkapnya
  • Perhatikanlah bunga bakungyang tidak memintal dan tidak menenun,namun Aku berkata kepadamu : “ Salomo dalamkemegahannya pun tidak berpakaian seindah bunga itu.”Jadi, jika rumput di ladang yang hari ini ada, dan besokdibuang ke dalam api demikian didandani Allah,terlebih kamu, hai orang yang kurang percaya !(Lukas 12:27-28)

    Seorang teman yang seda...ng bertugas ke luar kota baru menyadari dia lupa membawa alat bercukurnya, ketika sedang membenahi kopernya sesaat setelah check-in di hotel. Kebetulan, pihak hotel juga sedang kehabisan stok pisau cukur, karena itu benda tersebut tidak tersedia di kamar mandi hotel pada hari itu. “Ah, sehari tidak bercukur masih OK kok penampilanku “ demikian pikir teman saya. Didalam hati, dia merencanakan untuk membeli pisau cukur dari drug-store ketika rehat makan siang nanti. Tetapi kegiatan hari itu ternyata amat padat, teman saya kembali ke hotel cukup larut malam dan drug-store sudah tutup.“ Tidak apalah, besok ketika rehat kopi aku menyelinap sebentar ke dept. store di seberang jalan, di sana aku akan membeli pisau cukur.”Sayangnya, aktifitas keesokan harinya jauh lebih padat daripada hari sebelumnya, dan teman saya kembali tidak memiliki waktu untuk ke dept. store seberang. 

    “ Mudah-mudahan besok aku benar-benar sempat, atau mungkin malam ini sudah ada pisau cukur di kamar hotelku.”  Teman saya berharap didalam hatinya bahwa akan ada satu pisau cukur untuknya hari itu, karena wajahnya sudah mulai terlihat tidak “bersih”. Tetapi malam itu dia masih belum menemukan pisau cukur di kamar mandi hotelnya. Keesokan harinya dia juga kembali menghadapi setumpuk kesibukan dan sampai malam dia tidak bisa menyelinap keluar untuk beli pisau cukur. Meskipun demikian, usai bertugas malam itu, dia tetap menyempatkan diri mampir ke dept. store. Tetapi dia harus kecewa, sebab counter yang menjual peralatan bercukur sudah tutup. Dia lalu memutuskan untuk kembali saja ke hotel dengan berjalan kaki.  Sambil menyeberangi pelataran parkir, dia berkata di dalam hatinya : “ Ya Tuhan, berikanlah aku kesempatan untuk mendapatkan pisau cukur.” Tepat setelah dia selesai membatin didalam hati, dia merasakan kaki kanannya menginjak sesuatu. Dibawah keremangan lampu jalan, dia melihat sebuah benda di atas aspal tepat dibawah kakinya. Teman saya membungkuk dan memungut benda itu. Ternyata sebuah pisau cukur disposable yang masih rapih terbungkus plastik, nampaknya masih baru ! Sebuah kebetulan, atau hadiah dari Tuhan ? Seberapa sering kita menghadapi hal-hal yang sepintas sangat kebetulan tetapi amat berarti buat kita di saat itu ? Sahabatku tentu pernah mengalami kehabisan uang, dan tiba-tiba merasa begitu gembira menemukan selembar lima puluh ribuan sisa membeli buku minggu lalu masih tertinggal di saku celana. Memikirkan seorang teman yang sudah lama tidak bertemu, lalu tiba-tiba ponsel kita berdering dan teman tersebut menelephone. Sahabatku dalam kepanikan karena belum menyelesaikan pekerjaan yang penting, sementara 1 jam lagi Sahabatku masih harus pergi untuk menemui klien yang juga penting. Tetapi tiba-tiba klien tersebut menelephone dan membatalkan janji bertemu pada hari itu.  Apa yang Sahabatku rasakan ?  lega sekali bukan ? karena itu berarti sekarang Sahabatku punya waktu banyak untuk menyelesaikan pekerjaan Sahabatku. Suatu kebetulankah semua itu ? Tidak. Ketahuilah, ketika kita berbicara di dalam hati kita tentang segala kekawatiran, kebutuhan dan keinginan kita dengan mengikut sertakan Tuhan, kita sedang berbicara kepada Tuhan. Teman saya tadi sudah membuktikannya, dia memulai kata-katanya dengan : “ Ya Tuhan ….. “   itu sama dengan kita berdoa didalam hati meminta Tuhan menolong kita. Tuhan pasti akan menjawab doa kita – Dia pasti akan memberikan pertolongan. Karena itu, berdoalah senantiasa, agar kita lebih dekat lagi kepada-Nya.
    Lihat Selengkapnya
  • * Dipersembahkan dengan penuh kasih kepada Theresa dan William Lonsdale, yang kini telah menikmati sukacita surgawi, dari ananda yang mengasihimu.

    MENGAPA MENGAKU DOSA ITU BAIK?

    Dikatakan bahwa “Orang Katolik tidak perlu membayar biaya Psikiater (= dokter ahli jiwa) seperti orang lain, sebab kita memperolehnya secara gratis setiap hari Sabtu da...lam Kamar Pengakuan.” Yah, pernyataan itu tidak sepenuhnya benar - hanya sedikit saja imam yang memang seorang psikiater - tetapi sungguh benar bahwa kamu mempunyai seorang penolong yang hebat untuk memberimu nasehat serta penyembuhan dalam Sakramen Rekonsiliasi (atau Sakramen Pengakuan Dosa) yang kamu terima secara teratur. LAGIPULA - dan ini sesungguhnya yang lebih penting - kamu memperoleh kuasa Sakramen untuk melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan dalam hidupmu agar memperoleh damai.

     Dikatakan juga bahwa “Pengakuan Dosa itu baik bagi jiwa.” Memang benar demikian. Berbahaya sekali memendam persoalan-persoalan di dalam hati kita sendiri. Seringkali, hal terbaik yang dapat kita lakukan ialah membicarakannya dengan seseorang yang kita percaya. Dengan siapakah kita dapat melakukannya lebih baik daripada dengan seorang imam Katolik? 

    APA ITU DOSA?

    PADA DASARNYA, DOSA IALAH SESUATU YANG KITA LAKUKAN YANG MENYAKITI ORANG LAIN. Jika kita menyakiti orang lain, kita bersalah. Mungkin tampaknya terlalu “Katolik” untuk merasa khawatir akan kesalahan kita, tetapi kesalahan sebenarnya adalah masalah tanggung-jawab. Jika kita menyakiti orang lain, kita harus merasa bersalah karena kita bertanggung jawab atas penderitaan orang itu.

    Tentu saja, ada sebagian orang yang khawatir akan kesalahan mereka secara berlebihan. Mereka mempunyai skrupul batin (skrupul: sangat teliti, bahkan kadang berlebihan, pada hal yang sekecil-kecilnya) dan merasa berdosa dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Tetapi hal seperti itu sudah tidak lazim lagi di abad ke-21 ini!

    Kebanyakan orang tidak lagi peduli akan akibat-akibat dari perbuatan mereka. Mereka hidup hanya untuk saat ini. Sesungguhnya, segala sesuatu yang kita lakukan membawa akibat bagi orang lain, kadang-kadang akibat baik, tetapi seringkali akibat buruk. Akibat itu disebut “Efek Domino” - yaitu serentetan akibat yang dapat menimbulkan masalah selama bertahun-tahun.

    Biasanya ada tiga pihak yang menderita karena dosa: orang yang kamu sakiti, kamu sendiri, dan Tuhan. Mengapa Tuhan? Karena Tuhan adalah Bapa semua orang. Semua Bapa menderita jika anak-anak mereka disakiti. Tuhan itu penuh belas kasih. “Belas Kasih” artinya ikut merasa menderita dengan penderitaan orang lain. Tuhan sungguh-sungguh merasakan penderitaan kita, seolah-olah penderitaan itu menimpa Tuhan sendiri.

    UNTUNGNYA, KITA DAPAT MELAKUKAN SESUATU

    Begitu kita sadar bahwa kita menyakiti orang lain, saatnyalah bagi kita untuk berubah. Itulah alasan utama Pengakuan Dosa. Tuhan mengampuni kita DAN memberi kita pertolongan untuk berubah. MENGAPA SAYA HARUS MENGAKUKAN DOSA-DOSA SAYA KEPADA SEORANG MANUSIA?

    Sebagian orang mengatakan bahwa mereka tidak perlu mengakukan dosa-dosa mereka kepada seorang manusia. Mereka mengatakan bahwa mereka dapat mengatakan kepada Tuhan bahwa mereka menyesal dan Tuhan akan mengampuni mereka, di mana saja, dan kapan saja. Tetapi Sakramen Pengakuan Dosa (atau Rekonsiliasi) lebih dari hanya sekedar pengampunan dosa. Jika kita sungguh-sungguh menyesal, kita perlu berubah, berhenti berbuat dosa.

    Imam adalah penasehat yang dapat menjelaskan mengapa kita bersalah dan bagaimana kita dapat berubah. Imam tidak berada di sana untuk menghakimi atau pun menghukum kita. Imam berada di sana untuk menganalisa masalah serta menyarankan penyembuhannya. Ia dapat menjelaskan segala sesuatunya dan bahkan akan mengatakan kepadamu jika kamu memang tidak bersalah.

    Penitensi adalah bagian dari penyembuhan. Penitensi merupakan suatu langkah kecil awal untuk mengubah cara hidup kita. Kita tidak harus mengubah cara hidup kita saat itu juga, tetapi kita harus berubah. Sakramen Pengakuan Dosa memberi kita kekuatan untuk melakukan perubahan.

    DARIMANAKAH SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA BERASAL?

    Yesus-lah yang memulai Sakramen Rekonsiliasi. Pada hari raya Paskah, Ia bersabda kepada para murid-Nya: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yoh 20:21-23)

    Kuasa ini diwariskan selama berabad-abad. Sakramen adalah semacam bahasa isyarat dari Tuhan. Sakramen berbicara langsung kepada jiwa. Tidak seperti bahasa isyarat lainnya, bahasa isyarat Tuhan memiliki kuasa untuk melakukan apa yang dikatakannya. Isyarat dalam Sakramen Pengakuan adalah absolusi (=pengampunan dosa) oleh imam. Gereja melaksanakan apa yang diperintahkan Yesus kepada kita, “mengampuni dosa orang.”

    “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yak 5:16)  

    PENITENSI

    Absolusi adalah langkah awal dari proses perubahan. Penitensi (= denda dosa) adalah langkah selanjutnya. Penitensi bukanlah suatu hukuman atas dosa-dosa yang kita akukan. Penitensi adalah langkah untuk menyembuhkan. Penitensi yang terbaik bukanlah setumpuk doa-doa belaka, tetapi tindakan-tindakan nyata untuk mengatasi dosa. Misalnya, jika seseorang mengaku dosa karena marah kepada sahabatnya, penitensinya kemungkinan adalah berlaku lebih lembut dan sabar kepada sahabatnya itu. Memang suatu hukuman yang berat, tetapi dapat menghasilkan mukjizat.

    BAGAIMANA SAYA DAPAT MENGAKU DOSA DENGAN BAIK?

    Selalu mulai dengan mengingat. Pikirkan orang-orang yang ada di sekitarmu. Mungkin diawali dengan keluargamu. Kemudian yang lainnya juga: sanak saudara, tetangga, rekan sekerja, teman sekolah, orang yang kamu potong jalannya di jalan raya minggu lalu, dan sebagainya, dan sebagainya.

    Pikirkan tentang kejadian-kejadian baru-baru ini dalam hidupmu yang melibatkan orang-orang tersebut. Pengaruh apakah yang kamu berikan kepada mereka? Apakah, jika ada, yang kamu lakukan sehingga menyakiti mereka? Juga, apakah yang seharusnya kamu lakukan, tetapi tidak kamu lakukan? Adakah seseorang yang  membutuhkan pertolongan dan kamu tidak menawarkan pertolonganmu?

    Sekarang tarik mundur ingatanmu agak sedikit jauh ke belakang. Kemungkinan kamu tidak melakukan suatu dosa besar atau “dosa berat”, tetapi adakah dosa-dosa yang merupakan kebiasaan, yang kamu lakukan dan lakukan lagi. Setetes air hujan mungkin tidak berarti, tetapi jika tetesan-tetesan itu ditampung untuk jangka waktu yang lama, maka tetesan hujan itu dapat mengakibatkan banjir! Suatu ejekan, yang kecil dan sepele - jika diulang dan diulang- dapat menjadi gunung kebencian.

    PEMERIKSAAN BATIN

    Kecuali jika kamu mempunyai ingatan yang luar biasa, pada umumnya kamu lupa akan sebagian besar perkara yang kamu lakukan. Oleh karena itulah suatu sarana sederhana diperlukan untuk membantumu. Sarana itu disebut “Pemeriksaan Batin” yaitu suatu daftar pertanyaan untuk diajukan kepada dirimu sendiri sebelum kamu mengaku dosa. (lihat Lembar Pemeriksaan Batin)

    Suara Batin atau Hati Nurani adalah kesadaran moral atau etik atas kelakuanmu dengan dorongan untuk memilih yang baik dari yang jahat. Suara batin haruslah dibentuk dalam terang Sabda Allah, yaitu melalui Gereja. MENGAKU DOSA

    Pelaksanaan Sakramen Pengakuan dapat berbeda dari tempat yang satu dengan tempat yang lain. Di beberapa tempat, pengakuan dilaksanakan dalam Kamar Pengakuan. Di tempat lainnya, dibuat suatu tempat pengakuan khusus.

    Kamu boleh berlutut di balik sekat atau boleh juga berlutut berhadapan muka dengan imam. Secara pribadi, saya lebih menyukai posisi berlutut menghadap imam, sebab imam berada di sana untuk menjadi penasehatmu. Jika ia dapat melihat ke dalam matamu, ia dapat mempunyai gambaran yang lebih baik bagaimana menasehatimu. Matamu berbicara banyak tentang kamu! Imam tidak berada di sana untuk memarahimu atau menghakimimu. Imam juga seorang yang berdosa seperti semua orang lain. Imam harus mengaku dosa juga!

    APA YANG SAYA KATAKAN?

    Tata cara Sakramen Pengakuan dapat berbeda-beda, tetapi biasanya imam akan menyambutmu. Mungkin imam akan berbincang sejenak denganmu, atau memulai dengan sebuah doa. Terkadang imam membacakan suatu perikop dari Kitab Suci tentang belas kasih Tuhan.

    Sungguh, kamu tidak perlu khawatir tentang rumusan-rumusan atau doa-doa tertentu. Memang mungkin ada suatu rumusan standard di tempatmu, tetapi yang terbaik adalah menjadikan segala sesuatunya praktis. Sebaiknya kamu merasa santai dan mengatakan kepada imam sudah berapa lamakah sejak pengakuanmu yang terakhir, atau menjawab pertanyaan yang mungkin diajukan oleh imam.

    Yang terpenting adalah meminta pertolongan. Jika kamu terbiasa tanpa pikir panjang mengucapkan suatu daftar panjang tentang hal-hal yang sama, mungkin kamu dapat mencoba untuk berkonsentrasi pada beberapa di antaranya, daripada menyebutkan semua yang biasa kamu katakan.

    Imam mungkin akan meminta keterangan lebih lanjut, tetapi hal itu hanya dimaksudkan agar ia dapat memberikan nasehat yang terbaik bagimu. Hal utama yang perlu diingat adalah bahwa pengakuanmu itu sifatnya pribadi dan hanya dimaksudkan untuk menolongmu. Kamu berada di sana untuk didamaikan kembali dengan Tuhan. Pastilah Tuhan merindukan untuk bersahabat kembali denganmu!

    SESUDAH PENGAKUAN DOSA

    Kamu akan keluar dari Kamar Pengakuan dengan perasaan lega! Cobalah untuk melaksanakan penitensi penyembuhanmu sesegera mungkin. Kamu telah diampuni, disembuhkan serta dipulihkan sepenuhnya persahabatanmu dengan Tuhan. Salah satu hal terindah tentang pengampunan dosa adalah bahwa Tuhan mengampuni dan melupakan! Begitu dosa-dosamu telah diampuni, kamu diperbaharui dalam rahmat Tuhan. Kamu harus mempunyai niat yang kuat untuk menghindari dosa di masa mendatang. Tetapi jika kamu tergelincir atau melakukan kesalahan, ingatlah TUHAN SENANTIASA ADA DI SANA DENGAN KASIH-NYA! 

    sumber : News For Kids, Rm Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com

    Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale.”