Senin, 22 Agustus 2011

Bangga Menjadi Katolik dan Menjalankan Tugas Sebagai Orang Katolik

Sahabat PerKat sering kita mengeluh bahwa Gereja Katolik kita tidak seperti gereja Kristen lainnya, banyak yang semangat untuk menjadi pewarta iman, banyak yang mau terlibat pada kegiatan Pendalaman Kitab Suci, bagaimana dengan kita ? Ini saya sampaikan hal yang baik untuk kita jalani sebagai orang Katolik, dan tetap menjadi bangga sebagai orang Ka...tolik.

1. Pelajarilah iman Katolik dengan sungguh-sungguh.
Ada yang sempat mengatakan agama tidak usah dibicarakan yang terpenting adalah berbuat kasih. Tentunya berbuat kasih wajib kita lakukan namun pengetahuan akan iman Katolik perlu kita miliki dan ketahui agar dalam melaksanakan iman ini kita bisa semakin mendalami serta meresapi dalam pelaksanaan di dalam hidup kita.
Bagai pepatah, ‘Tak kenal maka tak sayang’, maka kita harus mengenal dan mempelajari iman kita, agar dapat menjadikan iman kita ini bagian dari hidup, dan dapat kita bagikan kepada orang lain. Walaupun mempelajari iman Katolik membutuhkan banyak waktu, mengingat banyaknya sumber yang harus dipelajari, - seperti dari kitab suci, dokumen-dokumen Gereja, tulisan para Bapa Gereja dan Para Kudus, dll – namun ini merupakan hal yang sangat berguna dan tidak dapat diukur manfaatnya bagi keselamatan jiwa kita. Suatu kenyataan yang harusnya mendorong kita adalah bagaimana saudara-saudari kita dari agama Kristen lain yang justru kembali ke pangkuan Gereja Katolik setelah mempelajari ‘kekayaan iman’ tersebut. Padahal kita sendiri yang Katolik belum tentu mengetahui dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.
Mempelajari iman Katolik bukan dimaksudkan hanya agar kita mengetahui ’sebatas kepala dan tidak turun ke hati’. Sebab jika demikian kita akan mirip seperti orang Farisi yang rajin mempelajari Kitab suci, tetapi tidak menjiwai dan menerapkannya di dalam hidup. Mempelajari iman di sini berarti mendekati kebenaran dengan iman dan akal budi (faith and reason) (Di dalam pembukaan surat ensiklik Paus Yohanes Paulus II, yang berjudul Fides et Ratio (Faith and Reason), ia berseru, “Iman dan akal budi adalah seperti dua sayap yang mengangkat roh manusia untuk mencapai kontemplasi kebenaran; dan Tuhan telah menempatkan di dalam hati manusia keinginan untuk mengetahui kebenaran- yaitu untuk mengenal dirinya sendiri- sehingga dengan mengenal dan mengasihi Allah- semua orang, pria dan wanita - dapat juga sampai pada kepenuhan kebenaran tentang diri mereka sendiri (bdk Kel 33 : 18; Mzm 27 : 8 - 9; 63 : 2 - 3; Yoh 14 : 8; 1 Yoh 3 : 2).

Faith and reason are like two wings on which the human spirit rises to the contemplation of truth; and God has placed in the human heart a desire to know the truth- in a word, to know himself – so that, by knowing and loving God, men and women may also come to the fullness of truth about themselves (cf. Ex 33:18; Ps 27:8-9; 63:2-3; Jn 14:8; 1Jn 3:2).))

dan dengan demikian, mengikuti Firman Tuhan sendiri yang mengatakan “…siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat…” (1 Pet 3 : 15). Jika kita kurang memahami iman dan pengharapan kita, tentu sulitlah bagi kita untuk memberi pertanggunggan jawab tentang iman kita jika ada yang bertanya pada kita.
Jadi mempelajari iman kita adalah suatu bentuk kerendahan hati, yang dimulai dari sikap ketaatan, menerima pernyataan wahyu Allah yang dipercayakan oleh Yesus Kristus kepada Gereja-Nya. Jika ada pengajaran yang belum kita mengerti, kita mohon karunia Roh Kudus untuk membimbing kita, namun kita harus percaya bahwa Roh Kudus itu telah lebih dahulu bekerja pada para Rasul dan kini terus bekerja di dalam para pengganti mereka, sehingga dengan kerendahan hati kita harus menerima sepenuhnya pengajaran Gereja. Dengan sikap ini, tentulah pada waktuNya, Tuhan akan membantu kita memahami pengajaran tersebut.

2. Hiduplah sesuai dengan iman Katolik.
Ingatlah bahwa iman Katolik adalah sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, bukan hanya urusan di gereja seminggu sekali. Hidup sesuai dengan iman Katolik inilah yang dimaksud dengan hidup kudus yang kita laksanakan di rumah, di tempat kerja, di sekolah, dan di mana saja. Dalam pelaksanaannya mungkin saja kita akan menghadapi tantangan, cemooh, atau bahkan kehilangan teman. Dalam hal ini ingatlah apa yang dikatakan Yesus untuk mereka yang dianiaya karena Dia, “Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga” (Mat 5 : 12).
Hidup sesuai dengan iman Katolik adalah hidup dalam kekudusan. Ini memang perjuangan bagi setiap kita. Iman kita harus selalu membawa perubahan diri kita ke arah yang lebih baik. Kita harus punya semangat seperti Rasul Paulus yang mengajarkan agar kita senantiasa taat dan mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (lih. Fil 2 : 12). Takut di sini maksudnya adalah hormat (‘reverence and awe’) yang menggambarkan kasih kita sebagai anak-anak Allah untuk tidak melawan Allah Bapa kita, baik dengan perkataan ataupun perbuatan. Hormat kepada Allah Bapa juga disertai dengan hormat kepada Yesus PuteraNya dan Gereja yang didirikanNya oleh kuasa Roh Kudus.

3. Sebarkanlah iman Katolik-mu.
Yesus menginginkan kita untuk menyebarkan kasihNya kepada seluruh dunia, sehingga dunia dapat dibawa kepada kebenaranNya, sebab Kristuslah “Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yoh 14 : 6). Jadi menyebarkan iman bukan hanya menjadi tanggungjawab para uskup, imam dan religius lainnya, tetapi menjadi tugas kita semua. Penyebaran iman ini adalah pertama-tama melalui teladan hidup dan bukan hanya dengan kata-kata.
Ingatlah bahwa sebelum naik ke surga Yesus berkata, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, dan ajarkanlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. (Mat 28 : 19 - 20). Pada hari Pentakosta, kita melihat bagaimana Roh Kudus berkarya di atas para Rasul sehingga mereka dapat bersaksi tentang Yesus dengan berani, sampai akhirnya berita Injil dapat tersebar ke seluruh bumi. Roh Kudus yang sama itu berada di Gereja Katolik, yang juga berarti tinggal di dalam hati kita, anggota-anggotanya. Komuni kudus yang kita terima hendaknya menjadikan kita pembawa misi Kristus. Mari kita bagikan rahmat persekutuan dengan Tuhan ini kepada orang-orang lain, sehingga mereka-pun dapat mengenal dan mengasihi Allah.

4. Gereja Katolik kuno, tapi senantiasa mengikuti perkembangan zaman.
Dari pemaparan di atas, maka kita dapat melihat bahwa memang Gereja Katolik kuno dari sisi pengajaran iman, karena pengajaran iman yang kuno – dalam pengertian bersumber pada Sabda Allah tertulis (Alkitab) dan Lisan (Tradisi Suci), serta dijaga oleh Magisterium Gereja – maka pengajaran iman dapat terjamin kebenarannya. Dengan demikian, umat Allah akan mempunyai kepastian akan imannya. Dengan berpegang pada pilar-pilar kebenaran ini, maka kesatuan umat Allah dapat terjaga, seperti yang diinginkan oleh Kristus di Yoh 17.
Namun, kebenaran akan menjadi benda kuno dan tidak terpakai kalau tidak diwartakan. Oleh karena itu, seluruh umat Allah harus menyatukan derap langkah untuk membangun Gereja Katolik yang kita kasihi. Seluruh umat Allah dalam kapasitasnya masing-masing harus saling membantu agar semua umat dapat bertumbuh dalam kekudusan, serta menyebarkan kabar gembira, mengajarkan semua hal yang diperintahkan oleh Kristus . Mari, kita bersama-sama membangun Gereja Katolik yang kita kasihi sebagai manifestasi akan kasih kita kepada Allah. Biarlah Gereja-Nya menjadi terang dunia dan menjadi sakramen keselamatan bagi seluruh bangsa.

Diambil dari bagian artikel di : http://katolisitas.org/2010/12/05/gereja-katolik-kuno-siapa-bilang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar