Senin, 22 Agustus 2011

Umat Katolik Berkatekese


1. Pengertian Katekese
Kata katekese berasal dari kata catechein (kt. Kerja) dan catechesis (kt. Benda). Akar katanya adalah kat dan echo. Kat artinya keluar, ke arah luas dan echo artinya gema/gaung. Berarti makna profan dari katekese adalah suatu gema yang diperdengarkan/disampaikan ke arah luas/keluar. Gema dapat terjadi jika ada suara yang penuh dengan keyakinan dan gema tidak pernah berhenti pada satu arah, maka katekese juga harus dilakukan dengan penuh keyakinan dan tidak pernah berhenti pada satu arah.

2. Persiapan Berkatekese
Setiap umat Katolik yang sudah dibaptis memiliki tugas melaksanakan pewartaan iman yang diperintahkan Tuhan Yesus dalam Matius 28 : 19-20 ("Karena itu pergilah dan buatlah semua bangsa murid, baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ingat, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.").

Orangtua bisa disebut katekis Primer, mengapa dikatakan seperti itu ? Karena orang tua menerima dalam sakramen pernikahan "kasih karunia dan pelayanan pendidikan Kristen anak-anak mereka ", kepada siapa mereka mengirimkan dan menyaksikan nilai-nilai kemanusiaan dan agama.

Di sini, kita juga diingatkan bahwa orang tua secara aktif mendidik anak-anak mereka melalui berbagi iman dan sepenuhnya berpartisipasi dalam kehidupan sakramental Gereja. Sebagai katekis utama, orang tua harus membuat katekese keluarga untuk memperkaya keluarga untuk membentuk Gereja domestik. Orangtua harus ingat bahwa guru katekismus adalah "rekan kerja" untuk mendidik anak-anak. Jangan lupa bahwa semua umat Katolik harus "katekis utama". Mari kita melihat bahwa efektivitas katekese sebagai hadiah suci Allah dan bergerak maju untuk menginjili kita dan orang lain.

Usaha katekese mementingkan “proses” (bukan hasil yang langsung/”instan”). Dalam hal ini, proses katekese yang bertujuan mematangkan dan mendewasakan iman harus dilaksanakan secara sadar dan terencana dengan penuh tanggung jawab (tidak “improvisasi”). Maka dalam persiapan berkatekese hendaknya terdapat hal-hal berikut :
I. Gagasan Pokok
Merupakan gagasan utama yang mendasari proses dan yang akan diolah di dalam proses. Gagasan pokok dapat pula dikatakan sebagai intisari dari keseluruhan proses katekese. Sebuah gagasan pokok hendaknya memuat tiga aspek :
a. Antropologis
Aspek manusiawi dari pokok yang dibahas dalam tema, yang ditampilkan dan disajikan dalam proses, dengan tujuan membuat tema sungguh riil, kongkrit dan aktual, serta tepat sasar menyentuh kebutuhan peserta katekese.
b. Biblis – Teologis
Ulasan Kitab Suci dan/atau ajaran Gereja yang membantu peserta untuk menemukan nilai iman dalam kenyataan kongkrit yang ditampilkan pada bagian antropologis. Ulasan tersebut dapat mempertanyakan, memperbandingkan atau meneguhkan unsur-unsur antropologis.
c. Kateketis
Nilai iman, nilai moral kristiani yang diharapkan tertanam dan terwujud dalam diri peserta katekese sebagai suatu dasar pembangunan sikap baru, setelah peserta katekese bergelut dalam proses katekese.

II. Tujuan
Merupakan sesuatu yang akan dicapai melalui sebuah proses katekese atau tema tertentu. Fungsi dari ditetapkannya tujuan adalah agar pokok bahasan yang akan dibahas terfokus pada maksud tertentu, sehingga terhindar dari pembahasan yang terlalu melebar.

III. Sumber Bahan
Merupakan sumber-sumber (biasanya tertulis) yang digunakan untuk mengembangkan tema tertentu, sehingga isi pembahasan sungguh kaya, mendalam, kongkrit, dan aktual. Sumber utama dalam proses katekese adalah Kitab Suci. Sumber penting lainnya adalah ajaran-ajaran Gereja.

IV. Metode
Merupakan cara yang sistematis dan terencana untuk dilaksanakan dalam proses demi mencapai tujuan. Pemilihan metode hendaknya memperhatikan tujuan, usia peserta, waktu, tempat, dan kondisi-kandisi lain.

V. Sarana
Merupakan segala macam perangkat yang digunakan untuk mendukung metode yang dipilih dan proses katekese

VI. Proses Katekese
Merupakan rincian dari langkah-langkah kegiatan yang semakin lama semakin mendalam, mengarah pada tujuan. Hendaknya langkah-langkah dalam proses harus berkesinambungan, sehingga dalam penerapannya “mengalir” , tidak terputus. Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam proses merupakan pengembangan dan rincian kegiatan dari gagasan pokok. Maka langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penyusunan proses katekese adalah sebagai berikut :
mendalami pengalaman manusiawi (antropologis)
mendalami ajaran Kitab Suci/Gereja (biblis-teologis)
pengambilan sikap baru (kateketis)

3. Bentuk Katekese
Ditinjau dari segi penyajiannya, katekese dapat dibedakan dalam 3 bentuk :
1. Bentuk Praktis
Bentuk ini mengarahkan peserta katekese untuk bergiat dan rajin dalam mempraktekkan kehidupan agamanya : rajin beribadah, rajin berdoa dan berdevosi, bergairah menghadiri perayaan Ekaristi dan perayaan lain, mengenal baik masa-masa liturgis segala sarana dan peralatannya. Sumber utamanya adalah liturgi Gereja.

2. Bentuk Historis
Bentuk ini memperdalam pengenalan umat akan sejarah penyelamatan dari pihak Allah, yang diawali dengan janji-janji mesianis dalam Perjanjian Lama dan memuncak dalam pribadi Kristus dalam Perjanjian Baru. Sumber utamanya adalah Kitab Suci.

3. Bentuk Sistematis
Bentuk ini menyajikan kepada umat ajaran teologis dan dogmatis yang tersusun secara sistematis, singkat, dan padat. Sumbernya adalah buku Katekismus.

Pada prakteknya bentuk-bentuk tersebut berbaur. Tidak murni hanya satu bentuk yang dilaksanakan. Sebab nampaknya unsur-unsur yang ditekankan oleh masing-masing bentuk saling berkaitan. Ajaran biblis, historis, teologis, dogmatis dimaksudkan untuk membantu umat semakin menyadari penyelamatan Allah melalui Gereja-Nya. Dengan kesadaran itu umat diharapkan akan terdorong untuk semakin giat dalam praktek-praktek keagamaan.

4. Katekese Dalam Kitab Suci
Dalam kitab suci juga terdapat kata katekese, terutama pada:
• Luk 1 : 4 : “. . . ,bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.”
• Kis 18 : 25 : “Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan.”
• Kis 21 : 21 : “. . . ,bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain . . . “
• Rm 2 : 18 : “. . . ,dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat . . . “
• 1 Kor 14 : 19 : “. . . ,yang dimengerti untuk mengajar orang lain juga . . . ”
• Gal 6 : 6 : “. . . ,yang menerima pengajaran dalam Firman, dan membagi . . . dengan orang yang memberikan pengajaran itu.”

Dalam konteks ini katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang kristen semakin dewasa dalam iman, jadi katekese biasanya diperuntukan bagi orang-orang yang sudah dibaptis di tengah umat yang sudah kristen. Namun pada prakteknya, terutama pada masa Gereja Purba, katekese dimengerti sebagai pengajaran bagi para calon baptis ini merupakan arti sempit dari katekese. Sedangkan Gereja masa kini menempatkan katekese untuk pengertian yang lebih luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar