Senin, 22 Agustus 2011

"Tidak adakah yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini ?"


Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia masuk suatu desa, datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh, dan berteriak, "Yesus, Guru, kasihanilah kami !" Yesus lalu memandang mereka dan berkata, "Pergilah dan perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara dala...m perjalanan, mereka menjadi tahir. Seorang di antara mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus, dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu seorang Samaria. Lalu Yesus berkata, "Bukankah sepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir ? Di manakah yang sembilan orang itu ? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini ? Lalu Yesus berkata kepada orang itu, "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Inilah Injil Tuhan kita !
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan !

Renungan

Kisah 10 orang kusta yang datang pada Tuhan Yesus dan mohon disembuhkan memuat pengajaran berharga tentang pentingnya bersyukur. Mereka semua akhirnya disembuhkan tetapi ternyata tidak semua datang lagi untuk mengucap syukur kepada Tuhan Yesus. Kenapa ?
Pertama, sikap lupa. Manusia itu mudah lupa. Apalagi untuk melakukan yang baik, orang sering kali lupa. Misalnya, Dewi si istri Nandar saat berdoa malam mempunyai niatan yang baik, esok hari setelah suami pulang kerja akan menyambut dengan manis dan ramah. Ternyata karena keasyikan menonton sinetron Bayu Cinta Luna (BCL) yang lagi seru-serunya, ia jadi duduk tersekat. Pintu gerbang terbuka, tanda suaminya datang. Namun apa daya, untuk meninggalkan TV dan membukakan pintu bagi sang suami rasanya berat. Akhirnya seperti hari-hari biasanya, sang suami tak mendapat sambutan hangat dari sang istri. Boro-boro dibuatkan teh manis dan dibantu membawa tas kantornya. Gatot = gagal total lagi. Lupa akan niat baiknya.

Dalam Injil ini, kita mendengar ada 10 orang kusta yang disembuhkan Tuhan Yesus. Sayang hanya 1 orang yang datang untuk mengucap terima kasih pada-Nya. Sungguh terlalu ! Yesus senang dengan melihat satu orang yang datang mengucap terima kasih pada-Nya. Di sisi lain, Yesus kecewa terhadap yang lain. Mereka lupa untuk mengucap terima kasih. Apakah orang-orang yang seperti itu pantas disebut sebagai orang-orang baik ?

Tentu dalam konteks ini kita sulit mengatakan mereka adalah orang-orang baik. Namun tanpa sadar kita pun sering bersikap seperti mereka. Tidak datang untuk bersujud dan berterima kasih pada Tuhan Yesus. Kita lupa atau pura-pura lupa, walau telah banyak kasih Tuhan. Bila begitu adanya, apakah kita juga dapat disebut sebagai orang yang berterima kasih ? Tentu tidak !

Kedua, sikap sombong. Orang sombong selalu menganggap bahwa apa yang terjadi, pertama-tama karena usaha, kerja, dan perjuangan sendiri. Maka bila ada hasil, itu sudah sewajarnya. Saat sedang sakit barulah mereka sadar bahwa itu anugerah Tuhan. Dokter, perawat dan obat yang mahal tidak mampu menjamin kesembuhan. Hidup ini anugerah Tuhan.

Sahabat PerKat terkadang hidup itu harus mengalami pasang surut, ada kalanya hidup kita sangat dipenuhi oleh yang dibutuhkan dan ada kalanya begitu sulitnya kita memperoleh yang dibutuhkan. Ketika kita mendapat yang dibutuhkan maka sikap sombong kita sering muncul sehingga kita menganggap banyak hal yang disepelekan oleh kita, seperti terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan sehingga anak istri tidak diperhatikan, begitu bangganya kita mengendarai mobil mewah kita sehingga kita boleh memaki orang-orang dijalanan, atau kita sudah tidak mau lagi berkumpul dengan orang-orang lingkungan untuk doa Rosario, pendalaman Kitab Suci. Bisa juga kita lupa bahwa semua yang ada pada diri kita ini bukan sekedar usaha kita tapi semua itu adalah karunia Allah.
Jadi ubahlah hidup kita untuk lebih rendah hati, lebih bisa mensyukuri hidup yang Tuhan berikan apapun itu keadaannya (itulah yang baru Tuhan mau berikan), bangkitlah sahabatku dari keputusasaan yang sedang kita hadapi karena Tuhan yang menentukan waktu dan ujian agar iman kita semakin teruji.

Maka kerendahan hati sangat mutlak dibangun untuk membentuk sikap terbuka dan dekat dengan Tuhan. Tanpa kerendahan hati orang sulit untuk melihat anugerah Tuhan sebesar apapun yang telah dibuat Yesus. Oleh karena itu mari kita selalu berdoa agar dianugerahi sikap ‘eling’ dan rendah hati seperti satu orang yang mau datang pada Tuhan Yesus.

Kupersembahkan untuk sahabat PerKat yang sedang mengalami iman yang kering dan doa yang belum terkabul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar